Baru-baru ini saya mendapat undangan pernikahan dari dua orang teman
di dunia cyber. Turut berbahagia membaca undangan yang menyiratkan rasa
syukur dan bahagia dari kedua orang teman saya itu. Barokallahu lak, wa
baroka ‘alaik, wa jama’a baynakumaa fil khoir…
Teringat kembali pertemuan saya dengan sang suami tercinta. Tak
terasa sudah lima tahun lamanya kami disatukan dalam keindahan ibadah
yang bernama pernikahan ini. Kami dipertemukan Allah dalam waktu yang
sangat singkat, hanya sebulan, sebelum akhirnya sepakat melangsungkan
pernikahan. Padahal sebelumnya sama sekali tidak saling kenal.
Salah seorang teman saya di atas malah sebaliknya. Bertahun-tahun
mereka saling kenal. Tak ada berita sedikitpun keduanya menjalin kasih
sebelum itu. Tiba-tiba datang undangan yang cukup mengejutkan hampir
semua orang yang mengenalnya.judulnya ‘hubungan rahasia’ yang
alhamdulillahnya diakhiri (atau diawali?) dengan pernikahan.
Jodoh oh jodoh… benar -benar rahasia Allah yang tidak terduga. Ada
orang yang sudah bertahun-tahun pacaran, tapi tak kunjung menikah,
akhirnya malah menikah dengan orang yang baru beberapa hari ditemui.
Ada juga kakak kelas saya yang aktifis dakwah kampus. Suaminya
aktifis di tempat yang sama. Sering beradu argumen dalam rapat-rapat
kepengurusan. Sampai panas-panasan kalau sudah berdebat. Tahu-tahu
dijodohkan Allah setelah beberapa tahun lepas dari kepengurusan. Saya
tidak tahu, apakah aksi adu debatnya terus berlanjut setelah mereka
menikah atau tidak
Ada juga seorang teman yang jatuh cinta dengan sesama aktifis di
kampus. Tahu-tahu pas lulus orang yang disukainya itu dilamar orang. Dan
berjodoh dengan orang yang baru dikenalnya. Patah hati? mungkin
sedikit, tapi life must go on… ada cita-cita yang lebih besar, yang
perlu perhatian besar, dari pada berlama-lama menata hati yang hancur.
Bagi saya, inilah bingkai keimanan yang selalu positif dalam merespon
takdir Allah, seberapa pun menyakitkannya takdir itu…
Ada juga orang-orang yang sampai di usia mapan belum juga mendapatkan
seorang pendamping. Mungkin alasannya bermacam-macam. Belum ketemu yang
cocok, fisik calon yang disodorkan kurang sempurna, sampai masalah
pendapatan yang belum cukup untuk menghidupi anak isteri dalam kehidupan
yang keras ini.
Bagi saya sebenarnya cuma satu saja alasannya, Allah belum
mentakdirkannya menemukan belahan jiwa. Yang saya maksud dengan takdir
itu adalah seluruh usaha untuk memenuhi takdir itu, mau pun ketetapan
Allah dalam perjodohan itu sendiri. Dalam hal ini sulit untuk
dipaksakan. Masalah selera, kecenderungan jiwa akan keindahan dan
kesholihan adalah hak prerogatif setiap orang. Meskipun masalah keimanan
kepada takdir Allah tercakup di dalamnya. Dan seharusnya, bagi setiap
muslim, masalah keimanan inilah yang utama.
Ya… itulah. Sulit kalau membicarakan topik yang satu ini. Karena ini
merupakan satu dari rahasia Allah yang sangat banyak jumlahnya di dunia
ini.
Robbanaa hablanaa min azwaajina wa zurriyyatinaa qurrota a’yun, waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa..
(Ya Allah, berikanlah pasangan dan anak-anak yang menjadi penyejuk
mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa)
-Do’a yang diambil dari Al-Qur’an-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar